Sabtu, 12 Januari 2013

Curhat


Sepenggalah Ibu...

Aku lahir dari perut ibu.........
Bila dahaga, yang susukan aku......... ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku......... ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku......... ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut......... Ibu
Bila bangun tidur, aku cari......... ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang......... ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati......... ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah......... ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya......... ibu
Bila nakal, yang memarahi aku......... ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma......... ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah......... ibu
Bila takut, yang menenangkan aku......... ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk......... ibu
Aku selalu teringatkan......... ibu
Bila sedih, aku mesti telepon......... ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu......... ibu
Bila marah.. aku suka meluahkannya pada......... ibu
Bila takut, aku selalu panggil......... "ibuuuuu! "
Bila sakit, orang paling risau adalah......... ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga......... ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku......... ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau......... ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni......... ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku......... ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal......... ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku......... ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku......... ibu
Yang selalu memuji aku......... ibu
Yang selalu menasihati aku......... ibu
Bila ingin menikah... Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan......... ibu

Aku ada pasangan hidup sendiri.........
Bila senang, aku cari......... pasanganku
Bila sedih, aku cari......... ibu

Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada......... pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada......... ibu

Bila bahagia, aku peluk erat......... pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat......... ibuku

Bila ingin berlibur, aku bawa......... pasanganku
Bila sibuk, aku antar anak ke rumah......... ibu

Bila sambut valentine......... Aku beri hadiah pada pasanganku
Bila sambut hari ibu......... Aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"

Selalu......... aku ingat pasanganku
Selalu......... ibu ingat aku

Setiap saat......... aku akan telepon pasanganku
Entah kapan......... aku ingin telepon ibu

Selalu......... aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan......... aku ingin belikan hadiah untuk ibu


Kalau kamu sudah selesai belajar dan berkerja......... masih ingatkah kamu pada ibu?
tidak banyak yang ibu inginkan......... hanya dengan menyapa "Bu..." pun cukuplah
Berderai air mata jika mendengarnya.........

Tapi kalau ibu sudah tiada..........
IBUUUU...RINDU IBU.... RINDU SEKALI....

Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya.........
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.........
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.........
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya.........
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.........
dan akhir sekali berapa banyak yang men-SHOLAT-kan JENAZAH ibunya.........

Alkisah, pada suatu hari......... seorang anak menemui ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur.

Anak itu lalu menghulurkan selembar kertas yang bertuliskan sesuatu.
Si ibu segera melap tangannya dan menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak lalu membacanya.........

Upah membantu ibu:
1) Membantu pergi belanja : Rp 4.000,-
2) Membantu jaga adik : Rp 4.000,-
3) Membantu buang sampah : Rp 1.000,-
4) Membantu membereskan tempat tidur : Rp 2.000,-
5) Membantu siram bunga : Rp 3.000,-
6) Membantu sapu sampah : Rp 3.000,-
Jumlah : Rp 17.000,-

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak, kemudian si ibu mengambil pensil dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.........

1) Biaya mengandung selama 9 bulan - GRATIS
2) Biaya tidak tidur karena menjagamu - GRATIS
3) Biaya air mata yang menitik karenamu - GRATIS
4) Biaya gelisah karena mengkhawatirkanmu - GRATIS
5) Biaya menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu -GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca apa yang dituliskan oleh si ibu.
Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata.........

"Saya Sayang Ibu"

Kemudian si anak mengambil pensil dan menulis.........

"Telah dibayar Lunas"

"... I ... LOVE ... YOU ... BU ... "

Islam & Politik


 Islam & Politik
Mendefinisikan politik Islam dengan term politik sekarang malah akan membawa kepada kekaburan pengertian politik yang diambil oleh Islam. Secara bahasa pun, Islam mengambil term Arab Siyasah yang berarti pengaturan urusan umat, bukan pengertian politik saat ini yang menekankan kepada kekuasaan. Maka wajar saja jika umat Islam yang ingin menjaga kemurnian ajarannya menolak politik yang sekarang diterapkan oleh negeri ini juga oleh parpol-parpol Islam. Kekhawatiran menjadikan agama sebagai tameng dalam meraih kekuasaan politik akhirnya menjadi kenyataan. Alih-alih ingin menerapkan syariah Islam melalui jalur politik, namun yang diambil adalah politik dalam term sekuler mengakibatkan dirinya terjerumus dalam kekacauannya.

Perbedaan penekanan dalam penggunaan istilah antara politik dan siyasah, bukan berarti harus ada penggantian dari kata politik dengan kata siyasah. Karena secara subtansi pengertian keduanya diambil dari realitas aktivitas politik yang sebenarnya, yaitu pengaturan urusan umat baik di dalam ataupun di luar negeri. Perbedaannya hanyalah dari sisi penggunaan aturan dan hukum yang berbeda sesuai dengan ideologinya. Kemudian, terkait dengan peran Negara dan umat/ rakyat dalam politik Islam, lalu bagaimana pengaturan politik dalam negeri dan luar negeri ???

Prinsip-prinsip politik yang tertuang dalam Al Qur’an dan Al Hadist merupakan dasar politik islam yang harus diaplikasikan kedalam system yang ada. Diantaranya prinsip-prinsip politik islam tersebut:

1. Keharusam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al Mu’min:52).
2. Keharusan menyelesaikan masalah ijtihadnya dengan damai (Al Syura:38 dan Ali Imran:159)
3. Ketetapan menunaikan amanat dan melaksanakan hukum secara adil (Al Nisa:58)
4. Kewajiban menaati Allah dan Rosulullah serta ulil amr (Al Nisa:59)
5. Kewajiban mendamaikan konflik dalam masyarakat islam (Al Hujarat:9)
6. Kewajiban mempertahankan kedaulatan negara dan larangan agresi (Al Baqarah:190)
7. Kewajiban mementingkan perdamain dari pada permusuhan (Al Anfal:61)
8. Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan (Al Anfal:60)
9. Keharusan menepati janji (An Nahl:91)
10. Keharusan mengutamakan perdamaian diantara bangsa-bangsa (Al Hujarat:13)
11. Keharusan peredaran harta keseluruh masyarakat (Al Hasyr:7)
12. Keharusan mengikuti pelaksanaan hukum.


 "Islam bukanlah semata agama (a religion), Namun ia juga merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam, yang mengklaim diri mereka sebagai kalangan 'modernis', yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun di atas fundamental bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras, yang tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain".

Dalam Islam, siyasah (politik) tidak bisa dipisahkan dari din (agama), dan agama tidak bisa dipisahkan dari politik.
Ketika politik dipisahkan dari din maka jadilah ia politik setan (siyasah syaitonah), politik yang tidak mengindahkan nilai-nilai kebenaran dan politik yang ditujukan bukan untuk kemaslahatan umat manusia.
Sebaliknya ketika din dipisahkan dari siyasah (politik), maka lahirlah din yang tampil secara feminim serta sangat terbatas dan hanya akan ada di masjid-masjid dan mushola serta di tempat berkontemplasinya para sufi.


  

Jumat, 11 Januari 2013

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH (FKDT)

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH (FKDT)
KECAMATAN PADAHERANG
MASA BAKTI 2010-2015
 
RANGKAIAN KGIATAN MUHARRAM 1434 H.
 

STAINU (Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama)


PONDOK PESANTREN RIYADUSSALIKIN & STAINU 

Pesantren Riyadussalikin lahir untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang memiliki moralitas kuat menuju kapasitas intelektual yang shaleh/shalehah demi mengestafetkan ajaran Rasulullah SAW. Pesantren yang berlokasi di Jl. Paledah RT/RW 020/005 Dusun Patinggen II Desa Karangpawitan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis ini didirikan pada Tahun 1983 M./1403 H.

Pesantren Riyadussalikin didirikan oleh KH. Drs. Masruh Haeruman (Alm) beserta istrinya Hj. Siti Hasyaroh. Pendirian pesantren itu terinspirasi oleh keinginan masyarakat yang mendambakan adanya lembaga pendidikan sebagai pilar masyarakat.
KH. Drs. Masruh Haeruman sebagai Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Riyadussalikin selama 20 tahun terus mengembangkan pesantren yang didirikannya. KH. Masruh menata Pondok Pesantren Riyadussalikin sesuai perkembangan zaman dan dinamika yang menghiasinya.
KH. Masruh wafat pada tanggal 4 Desember 2003 M./ 10 Syawal 1424 H. Setelah itu, tanggung jawab penuh pengelolaan Pondok Pesantren Riyadussalikin dilanjutkan oleh putra pertama KH. Masruh yaitu Kyai Luthfi Fauzi, S.HI., MM. sampai sekarang.
Dalam perjalanannya, cita-cita luhur masyarakat untuk menjadikan pesantren sebagai pilar moral tidak lagi menjadi komitmen bersama. Hal itu, seiring dengan bergesernya nilai-nilai filosofis dan kemanusiaan dalam pendidikan yang menjadi landasan suci. Saat ini, lembaga pendidikan bergeser pada komersialisasi pendidikan, biaya yang mahal dan pembelajaran yang terbatas.
“Merespon kondisi seperti itu, Pontren Riyadussalikin mengembalikan pendidikan ke-basisnya yaitu melestarikan ke-khasan pondok pesantren secara alamiah sesuai dengan ekonomi, sosial, budaya, tradisi dan nilai-nilai religius yang menjadi ikatan bathin, jiwa dan sumber-sumber hidup masyarakat. Meski secara normatif pesantren menghadapi dilema, antara keharusan mempertahankan jati dirinya dengan kebutuhan menyerap budaya baru yang datang dari luar pesantren,” ujar Kyai Luthfi beberapa waktu lalu di kediamannya.
Saat ini, Pesantren Riyadussalikin membuka Program Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA), Diniyah Takmiliyah Wustho (DTW), Santri Takhosus, Wajar Dikdas Salafiyah, Kesetaraan Paket C, Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU)
dan Majlis Taklim.
“Sementara itu, kegiatan ekstrakulikuler yang kami buka yaitu Pembinaan MTQ, Pembinaan Bahasa Arab & Inggris, Pembinaan DaĆ­wah / Orasi, Sanggar Teather, Majalah Forum Komunikasi dan Intelektual Santri (FOKUS MAGAZINE), IMSAR ULUL ALBAB, Qosidah Rebana / Modern, Pembinaan Organisasi, Olahraga, Pelatihan-pelatihan Kejuruan dan Pelatihan Satuan Santri Bela Negara (SASBALAN),” ujar Kyai Luthfi.
Adapun sarana fisik yang tersedia, dikatakan Kyai Luthfi yakni Asrama putra dan putri permanen, Mesjid, Perkantoran, Perpustakaan, Ruang Pertemuan (Aula), Ruang Belajar, Ruang Kesenian, MCK Memadai, Waserda, Kantin dan DPU (Dapur Umum). ***

Tumbuhkan
Jiwa Enterpreneur
Pesantren sebagai pusat pendidikan agama islam dan pencetak kaum ulama harus diberdayakan. Hal ini, mewajibkan para kyai, pimpinan pesantren memiliki jiwa enterpreneur (kewirausahaan).
Mengingat akan hal itu, Kyai Luthfi Fauzi yang juga merupakan Ketua Forum Komunikasi Kyai dan Cendikiawan Muda Ciamis (FKKCMC) seringkali menggelar kegiatan yang membangun kesadaran para kyai agar mampu bersaing di tengah-tengah ketatnya persaingan dunia usaha. Kyai Luthfi kerap menggelar seminar yang menghadirkan narasumber kompeten baik para ahli, lembaga terkait dan praktisi usaha khususnya bidang pertanian.
“Wilayah Kabupaten Ciamis memiliki potensi besar untuk pengembangan agribisnis (pertanian). Oleh karena itu, pesantren pun, khususnya para kyai dan cendikian muda harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dalam mengelola potensi pertanian,” ujar Kyai Lutfi dalam seminar tentang pertanian beberapa waktu lalu.
Sebelum memberdayakan masyarakat secara umum, menurut Kyai Lutfi,
pesantren harus menjadi
inisiator dan menjadi pusat pengembangan pertanian. Menurutnya, sudah saatnya pesantren memberi warna baru di tengah-tengah masyarakat. Misalnya, mengelola pertanian dengan teknologi modern dan manajeman profesional. (Feri Kartono/KP)